Syamsulhilal dan Syamsulkamal

Cerita Rakyat Aceh

Syamsulhilal adalah putera raja yang berbudi baik. Dia selalu hormat dan sopan santun kepada semua orang. Tapi sayang, dia tidak punya teman dalam bermain. Dia memang anak tunggal. Sementara anak-anak sebayanya yang tinggal di lingkungan istana, seringkali berkelakuan jelek. Syamsul Hilal tidak menyukainya.

Syamsulhilal meminta dicarikan teman kepada ayahnya. Ayahnya kemudian mengirim utusan ke seluruh pelosok negeri. Mereka mencari anak yang sekiranya pantas menjadi teman bermain Syamsulhilal. Tapi setiap anak yang dibawa ke istana hanya bertahan beberapa saat. Setelah bermain sebentar, anak-anak itu ketahuan kelakuan jeleknya. Dan Syamsulhilal tidak menyukainya.
Syamsulhilal memilih sendiri temannya. Dan yang dipilih ternyata seorang anak kampung yang miskin, kurus dan kotor. Tentu saja raja marah. Tapi karena Syamsulhilal bersikeras memilih anak itu, raja akhirnya menyetujui. Anak itu dibawa ke istana. Pakaiannya diberi yang baru dan bagus. Rambut dan kukunya dipotong pendek. Cara mandi, gosok gigi, dan menjaga kesehatan diajarkan kepada anak itu.
Anak itu memang baik hatinya. Bersama Syamsulhilal menjadi sahabat yang saling mencintai. Keduanya disenangi oleh seluruh rakyat. Raja bahagia melihatnya. Dalam sebuah pesta, anak itu diberi nama, yaitu Syamsulkamal.
Setelah dewasa, Syamsulhilal dan Syamsulkamal mengembara. Mereka pergi ke arah yang berlainan. Di jalan Syamsulkamal menolong seekor ular yang terjepit batu. Ular itu sangat berterima kasih. Dia memberi Syamsulkamal sebuah cincin. “Cincin ini bila dipakai membuat kamu mengerti bahasa ular. Tapi jangan pernah menceritakan dari mana cincin ini didapat. Karena bila melanggar, kamu akan menjadi patung batu,” kata ular itu.
Syamsulkamal pun melanjutkan perjalanan. Dia sampai ke sebuah negara yang subur makmur. Di negara itu sedang diadakan sayembara. Siapa yang sanggup memetik buah pinang, maka akan dinikahkan dengan puteri kerajaan. Sudah ratusan orang yang mencoba, tapi semuanya mati. Pohon pinang itu memang dijaga oleh seekor ular yang galak dan berbisa.
Syamsulkamal kemudian maju. Dia tidak mengajak berkelahi ular itu. Dia bicara baik-baik. “Saya mengikuti sayembara ini dengan niat baik. Bila engkau rela, maka menyingkirlah, jadilah sahabat saya. Bila tidak rela, tetap menghalangi, saya tidak akan memaksa memetik buah pinang,” kata Syamsulkamal. Ular itu mengangguk, lalu memberi jalan kepada Syamsulkamal. Buah pinang itu pun dengan gampang dipetik Syamsulkamal.
Semua penonton bersorak. Raja, permaisyuri, puteri dan seluruh penghuni istana bergembira. Syamsulkamal lebih bergembira lagi karena bertemu Syamsulhilal. Malamnya kedua sahabat itu disambut pesta keluarga istana. Raja dan permaisyuri meminta Syamsulkamal menceritakan asal-usul cincinnya.
“Baiklah, saya akan menceritakannya,” kata Syamsulkamal. “Tapi bila ada apa-apa dengan saya, sahabat Syamsulhilal inilah yang mesti meneruskan. Karena kami sebenarnya adalah satu.”
Setelah menceritakan asal-usul cincinnya, Syamsulkamal menjadi patung batu. Semua terkejut. Semua bersedih. Apalagi Syamsulhilal. Tapi sesuai keinginan Syamsulkamal, Syamsulhilal kemudian menggantikan menjadi pengantin pria. Beberapa tahun kemudian mereka mempunyai anak. Tapi selama itu Syamsulhilal tidak berani pulang. Dia ingin menunggu dulu sahabatnya yang menjadi patung batu itu kembali ke wujud manusia. Setiap malam dia berdoa kepada Tuhan.

“Anakku, engkau itu pewaris dua kerajaan besar. Pulanglah dulu sekedar menengok orang tua dan negaramu,” kata raja mertua.
“Saya tidak bisa pergi tanpa sahabat yang menjadi patung batu itu,” kata Syamsulhilal. “Karena kami adalah satu. Saya yakin dia akan kembali ke wujud manusia. Saya akan tetap berdoa dan menunggunya.”
Suatu malam, karena doanya yang tiada henti, Syamsulhilal mendapat bisikan hati. Dia harus mengorbankan anaknya yang sangat dicintainya agar sahabatnya kembali ke wujud manusia. Saat diceritakan, anaknya pun dengan ikhlas memenuhi permintaan ayahnya.
Pagi itu Syamsulhilal mengorbankan anaknya, dengan cara menyembelih anaknya. Tapi baru saja berdoa memohon keridoan Tuhan, punggungnya ada yang menepuk. Waktu dilihat, ternyata Syamsulkamal.
“Jangan teruskan niatmu,” kata Syamsulkamal. “Karena pengorbanan itu hanyalah ujian bagi persahabatan dan kekeluargaan kita.”
Sejak itu kedua sahabat itu memerintah dua negara secara bijaksana. ***
Penulis : Yus R. Ismail, Foto : warongilme.blogspot.com




Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Syamsulhilal dan Syamsulkamal"

Posting Komentar