Pak Toba dan Manusia Ikan (Asal-usul Danau Toba)


Cerita Rakyat Sumatera Utara

Tersebutlah seorang petani yang bernama Toba. Orang-orang memanggilnya Pak Toba. Dia rajin bekerja di kebun dan sawah. Pulang dari kebun kadang menyempatkan diri memancing di sungai. Mencari ikan hanya untuk kesenangan dan memasak lauk-pauk yang lebih enak.

Suatu hari Pak Toba pulang dari kebun menjelang sore. Dia menyempatkan diri memancing di sungai. Betapa gembiranya Pak Toba ketika mendapatkan seekor ikan mas yang besar. Ikan itu dibawanya ke rumah untuk dimasak.
Karena kayu bakar di rumah habis, Pak Toba mengambilnya di belakang rumahnya. Tapi begitu kembali lagi ke dapur, ikan itu tidak ada di tempatnya. Pak Toba melihat ke sekeliling. Dia tinggal di rumahnya sendirian. Siapa yang mengambil ikan itu?
Ketika membuka pintu kamar, Pak Toba terkejut. Di kamarnya ada seorang wanita cantik sedang bercermin.
“Siapa kau ini?” tanya Pak Toba.
“Saya ini penjelmaan ikan yang kamu tangkap tadi,” kata perempuan itu.
Beberapa hari kemudian Pak Toba melamar perempuan cantik penjelmaan ikan itu. “Boleh kita menikah, saya menerima lamaranmu, asal jangan kau ungkit-ungkit lagi asal-usul saya dari seekor ikan mas,” kata perempuan itu.
“Boleh, Dinda, aku tidak akan mengungkit-ungkitnya lagi!” janji Pak Toba.
Setahun kemudian mereka mempunyai seorang anak. Anak itu diberinya nama Samosir. Kedua orang tuanya sangat menyayangi Samosir. Segala keinginan Samosir diturutnya. Semua kebutuhan Samosir disiapkan oleh ibu dan bapaknya. Karenanya Samosir tumbuh menjadi anak yang manja dan pemalas.
Suatu hari ibunya kesiangan menyiapkan makanan untuk Pak Toba di kebun. Dia menyuruh Samosir untuk mengantarkan makanan ke kebun.
“Tidak mau! Itu kan pekerjaan orang tua!” Samosir menolak. Ibunya memaksa karena dia tidak mungkin mengantarkannya sendiri.
Dasar Samosir anak kurang ajar. Dia tidak tahu membantu orang tua, harus menghormati ayah dan ibu. Makanan yang mesti diantarkannya itu dibukanya di tengah jalan. Waktu melihat pasakan yang sepertinya enak, dia mencicipinya. Kemudian mengambil lebih banyak. Makanan untuk ayahnya itu pun hampir habis.
Makanan sisa itu diantarkannya ke ayahnya. Pak Toba sudah menunggu dari tadi. Perutnya sudah melilit menahan lapar. Betapa bahagianya ketika dilihatnya Samosir memasuki kebun. Tapi betapa kagetnya Pak Toba ketika membuka wadah makanan, yang ada adalah makanan sisa.
“Kamu yang memakan pasakan ini?” tanya Pak Toba.
Awalnya Samosir tidak mengaku. Tapi karena Pak Toba kelihatan marah, Samosir mengakuinya. “Iya Ayah, maafkan saya Ayah,” kata Samosir.
“Dasar, kamu anak kurang ajar! Anak tidak tahu diuntung!” bentak Pak Toba sambil memukul. “Pergi dari sini, anak keturunan perempuan yang berasal dari ikan!”
Samosir berlari pulang sambil menangis. Dia mengadukan kemarahan ayahnya. “Kenapa Ayah menyebut Samosir anak keturunan perempuan yang berasal dari ikan? Kenapa Ibu?” tanya Samosir sambil menangis.
Perempuan itu bersedih. Dia menangis. Dia menyesali suaminya telah melanggar janjinya. “Pergilah engkau ke bukit, lalu panjat pohon yang paling tinggi. Cepatlah pergi, Nak, dan jangan banyak bertanya,” kata perempuan itu.
Samosir menurut apa yang dikatakan ibunya. Ibunya sendiri pergi ke sungai. Dia meloncat, dan jadilah kembali ikan yang besar. Kemudian turun hujan lebat. Hujan yang tidak berhenti berhari-hari. Petir menyambar-nyambar. Sungai itu pun meluap. Airnya membanjiri ke mana-mana. Pak Toba tenggelam bersama kebun, sawah dan rumahnya.
Sungai yang meluap itu tidak surut lagi. Di kemudian hari orang-orang menyebutnya danau Toba. Sementara bukit yang didaki Samosir menjadi pulau di tengah danau. Orang-orang menamainya pulau Samosir. @@@
Penulis : Yus R. Ismail, Foto : Tribunnews.com



Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Pak Toba dan Manusia Ikan (Asal-usul Danau Toba)"

Posting Komentar