Cerita Rakyat Jawa Barat ASAL MULA TELAGA WARNA


asal-usul telaga warna

Jaman dahulu ada sebuah kerajaan yang subur makmur. Rakyatnya sejahtera, bekerja dengan gembira. Sawah menghasilkan padi yang banyak, kebun tumbuh subur, dan ternaknya berkembang dengan cepat.
Tapi ada yang tidak diketahui rakyatnya. Sang permaisuri sering menangis menyayat. Sang Raja ikut bersedih. Rasa hatinya perih
“Tuanku, kita hanya bisa berdoa dan tentunya berusaha,” kata Penasehat yang bijaksana
“Ya, betul Paman Penasihat,” kata Raja mengiyakan.
Raja dan Permaisuri pun lalu berdoa, ingin segera diberi keturunan. Do’a mereka mendapat jawaban Tuhan Yang Agung. Permaisuri kemudian mengandung. Seluruh rakyatnya bersukacita. Sembilan bulan kemudian lahirlah seorang Puteri yang cantik jelita.
Raja dan permaisuri bergembira. Rakyatnya juga bergembira. Siang malam selama satu bulan, mereka ramai merayakan dengan berbagai kesenian. Terakhir mereka berdoa bersama. Mereka selalu meminta, sang Puteri menjadi wanita yang jelita
Puteri tumbuh menjadi gadis yang sangat cantik. Pipinya putih bersemu merah. Rambutnya rapi tergerai, seperti mayang terurai. Senyumnya seperti bunga mekar di taman. Banyak raja dan pangeran mengirim tanda perkenalan berupa berbagai perhiasan
Tapi berbagai perhiasan tidak menarik sang Puteri, karena sang Puteri  merasa cantik. Semua perkenalan tidak ditanggapi. Rupanya sang Puteri tinggi hati. Perhatian sang Puteri hanya kepada kecantikan. Setiap hari dikelilingi para emban, agar dari kaki sampai kepala mendapatkan perawatan sempurna.
“Di negeri ini siapa yang paling rupawan?” Sang Puteri selalu bertanya demikian. Tentu saja jawaban para emban, sang Puteri paling menawan
Suatu waktu negara tertimpa bencana. Di perkotaan banjir melanda. Di desa-desa longsor di mana-mana. Banyak rakyat yang menderita. Raja dan Permaisuri berduka. Setiap hari berkeliling negara, membesarkan hati korban bencana, agar selalu semangat bekerja.
“Kenapa sang Puteri tidak pernah ikut?” tanya Permaisuri dengan hati kalut.
“Mungkin sedang menyusun rencana, agar negara tidak lagi terkena bencana,” jawab Raja menduga-duga.
Suatu hari Puteri menghadap sang ayah. Dia menginginkan perhiasan terindah. Terindah sealam raya. Kalung berlian termahal sedunia
“Anakku, engkau mestinya mengerti, di mana-mana bencana sedang terjadi. Simpanan kita akan lebih berarti disumbangkan untuk rakyat yang menderita,” kata Raja dengan bersedih hati.
Tapi sang Puteri tetap tidak mau tahu. Dia mengusulkan rakyat untuk membantu, mengumpulkan yang mereka punya, agar  perhiasan segera ada. Para pegawai kerajaan segera menyebarkan pengumuman, agar seluruh rakyat memberi sumbangan untuk membeli perhiasan.
Rakyat yang sedang nelangsa, menyumbang dengan terpaksa. Kalau tidak ingat kebaikan Raja dan Permaisuri, buat apa mengindahkan kemauan sang Puteri. Segala yang rakyat punya, diberikan dengan sukarela. Dengan harapan kebaikan bagi Raja, agar tidak selalu bermuram durja.
Pada perayaan hari ulang tahun sang Puteri, rakyat datang berduyun-duyun. Mereka ikut bergembira, berdoa untuk Putri tercinta. Seluruh rakyat, Raja dan Permaisuri, bangga memenuhi keinginan sang Putri. Raja kemudian memberi perhiasan terindah, kalung berlian sebagai hadiah.
Tapi ketika sang Putri melihat, dia kecewa berat. Kalung hadiah tidak seperti keinginannya. Berlian indah itu masih kurang istimewa. Kalung itu dilemparkan ke lantai. Talinya putus berliannya cerai berai. Rakyat, Raja dan Permaisuri menunduk bersedih hati.
Kalung itu tanda sayang, meski perut tidak kenyang, asal Putri hatinya senang. Tapi ternyata sang Putri tinggi hati, tidak tahu diri. Entah dari mana datangnya, air mengalir dari setiap juru istana. Kata orang bijak, itulah airmata sedih. Semakin lama air semakin memancar. Akhirnya terbentuklah sebuah telaga besar
asal-usul telaga warna

Setiap hari telaga itu berubah warna; kuning, merah, hitam, biru, jingga. Warna itu terbentuk dari bayangan hutan, tanaman, bunga-bunga, dan langit di sekitar telaga. Kata seorang kawan, warna itu dari pantulan berlian di dasar telaga. Lalu orang-orang menyebut tempat itu Telaga Warna. @@@
Telaga Warna, sebuah telaga (danau) di Cianjur, Jawa Barat. 
Konon, nama kerajaan itu adalah Kutatanggeuhan, rajanya Prabu Suwartalaya dan 
permaisurinya Ratu Purbamanah (histori.id)
Penulis: Yus R. Ismail, ilustrasi: Athansyah, foto: histori.id

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Cerita Rakyat Jawa Barat ASAL MULA TELAGA WARNA"

Posting Komentar