Jago Membual
Ada seorang jago membual.
Namanya Ki Rahul. Dia merasa tidak enak hati ketika ada yang bilang: “Jago
membual yang sebenarnya itu adalah Si Kabayan.”
Maka Ki Rahul pun mencari
Si Kabayan. Kebetulan Si Kabayan sedang duduk-duduk di bale-bale rumahnya.
“Sampurasun,” kata Ki
Rahul mengucapkan salam.
“Rampes,” jawab Si
Kabayan.
“Apakah saya bertemu
dengan Si Kabayan?”
“Si Kabayan sedang
pergi.”
“Kalau ini siapa?”
“Saya hanya bayangannya.”
Ki Rahul tersenyum.
Pikirnya, orang ini memang tidak seperti orang kebanyakan. Dia merasa mendapat
lawan yang sepadan.
“Ada apa mencari Si
Kabayan, Ki?” tanya Si Kabayan.
“Saya ini jago membual.
Jadi saya ingin menantangnya adu membual.”
Si Kabayan yang sekarang
tertawa. “Si Kabayan tidak bisa membual,” katanya.
“Lho, kata orang-orang
tukang membual.”
“Ya, Si Kabayan tidak
bisa membual, karena hidup sehari-harinya juga sudah membual.”
Ki Rahul tersenyum kecut.
“Saya ini mempunyai seekor anjing yang sangat besar. Mungkin paling besar
sedunia. Saking besarnya, suaranya juga lambat. Bila gong suaranya sekarang, gong
berikutnya sehari kemudian,” kata Ki Rahul.
“Apalagi anjing punya
saya, saking besarnya, bila suara guk pertamanya sekarang, guk berikutnya baru
terdengar tahun depan.”
Ki Rahul merasa terdesak.
“Sekarang adu kecil anjing. Anjing punya saya, saking kecilnya, bila dikasih
makan sebutir nasi pun tidak habis,” katanya.
“Apalagi anjing punya
saya, saking kecilnya, bila dikasih makan sebutir nasi, baru setengah nasi
masuk ke mulut, eh ujungnya sudah keluar lagi dari pantatnya.”
Ki Rahul semakin
terdesak. Dia berpikir keras. “Sekarang adu banyak ayam,” katanya. “Ayam saya,
saking banyaknya, beraknya sampai menyerupai gunung.”
“Apalagi ayam saya,
saking banyaknya, waktu dikencarkeun
dari kandang pagi hari, pagi berikutnya belum ngencar semua,” kata Si Kabayan.
Ki Rahul camberut.
“Dasar, tukang membual! Masa ada ayam sebanyak itu!” gerutunya sambil pergi.
Si Kabayan tertawa. @@@
Penulis: Yus R. Ismail
Catatan:
Sampurasun = salam Sunda
jaman dahulu
Rampes = jawaban salam
Sunda jaman dahulu
Dikencarkeun = dikeluarkan, untuk hewan peliharaan
yang dibuatkan kandang.
0 Response to "Jago Membual"
Posting Komentar