Kalajengking Menyeberang Sungai



Di hutan Ganggong, Kalajengking termasuk hewan yang ditakuti. Hewan lainnya akan segera pergi bila Kalajengking datang. Bukan, bukan karena Kalajengking mempunyai sengat yang berbahaya di ekornya. Tapi karena Kalajengking suka tiba-tiba menyengat tanpa masalah apa-apa. Kelinci pernah disengat ketika sedang makan di padang rumput. Kakinya bengkak. Malah beberapa saat kelinci pingsan.
“Kenapa kamu menyengat Kelinci?” kata Kambing.
“Ingin saja. Ingin mencoba kekuatan sengatku. Ternyata sengatku hebat juga. Kelinci yang bertelinga panjang dan besar itu bengkak dan pingsan juga,” jawab Kalajengking tanpa merasa bersalah.
Karena itulah Kalajengking ditakuti. Siapapun tidak ingin berteman dengannya. Termasuk Ular yang sama-sama mempunyai racun di mulutnya. “Bukan karena takut racunnya, tapi karena takut pikirannya yang kotor,” kata Ular.
Suatu hari Kalajengking mencari makan. Sendirian. Karena musim kemarau sudah beberapa bulan, sampai siang dia tidak mendapatkan makanan sedikit pun. Di dalam semak-semak Kalajengking mendengar beberapa hewan sedang berbincang.
“Sebenarnya ada tempat yang masih banyak makanan,” kata Cacing.
“Di mana?” tanya  Kelabang.
“Di seberang sungai.”
“Ah, siapa yang mengatakan itu?
“Ular itu sudah beberapa kali pergi ke sana. Nanti kalau bertemu, kita bisa bertanya bagaimana caranya pergi ke sana.”
Kalajengking waktu itu juga pergi ke pinggir sungai. Di seberang sana memang rumput-rumput pun kelihatan masih menghijau. Tapi bagaimana menyeberangi sungai? Dia tidak bisa berenang. Di sekitar situ juga tidak ada jembatan.
Beberapa hewan sebenarnya ada di situ. Tapi mereka langsung pergi. Mereka sudah tahu sifat Kalajengking. Di tengah sungai, di atas batu, ada Kura-kura sedang berjemur. Pikir Kalajengking, satu-satunya cara adalah dengan meminta tolong kepada Kura-kura.
“Hai Kura-kura, boleh saya minta tolong?” tanya Kalajengking sedikit berteriak.
Kura-kura melihat ke sekeliling, mencari yang memanggilnya. “Minta tolong apa?” jawab Kura-kura setelah melihat Kalajengking di pinggir sungai.
“Saya ingin menyeberang sungai tapi tidak bisa berenang. Ikutlah saya menumpang di punggungmu, lalu saya bawa ke seberang sana.”
“Oh, gampang itu.” Kura-kura menceburkan diri mendekati pinggir sungai. “Tapi kamu harus berjanji.”
“Janji apa?”
“Kamu jangan menyakiti lagi siapapun. Saya sudah mendengar bahwa kamu bisa tiba-tiba menyengat hewan yang dekat denganmu.”
Kalajengking tersenyum. “Saya berjanji tidak akan menyengat,” katanya yakin.
“Boleh kalau begitu, naiklah ke punggungku,” kata Kura-kura.
Setelah Kalajengking naik ke punggungnya, Kura-kura lalu berenang menyeberangi sungai. Kakinya dengan cekatan mendayung. Sementara batok dan kepalanya mengapung di atas air. Di tengah sungai, Kalajengking terganggu lagi pikirannya ketika melihat leher Kura-kura.
“Konon, kulit Kura-kura sangat kenyal. Apalagi kura-kura yang sudah berumur tua. Bukankah kura-kura adalah hewan yang umurnya paling panjang?” pikir Kalajengking. “Saya ingin mencoba kekuatan, tembus tidak sengatan saya ke kulit Kura-kura yang kenyal.”
“Hai Kura-kura, berapa umurmu sekarang?” tanya Kalajengking.
“Delapan puluh tahun. Tapi hari ulang tahunku masih lama,” jawab Kura-kura gede rasa.
“Tua juga ya, berarti kulitmu sudah sangat kenyal,” kata Kalajengking sambil mengangkat ekornya. Sekali sengat Kura-kura menjerit.
“Kenapa kamu ini?” tanya Kura-kura terkejut. Tadinya dia meminta janji Kalajengking tidak menyakiti hewan lain, karena tidak mungkin Kalajengking menyengat dirinya yang menolongnya. Tapi jangankan kepada hewan lain, kepada Kura-kura yang menolongnya pun ternyata Kura-kura menyengat juga.
“Hanya ingin mencoba kekuatan,” jawab Kalajengking sambil tersenyum.
Kura-kura bukan saja merasa sakit, tapi juga pusing. Akhirnya dia pingsan. Tubuhnya perlahan tenggelam. Kalajengking terkejut. Dia berteriak-teriak karena tidak bisa berenang. Kaki dan ekornya memukul-mukul air, tapi tidak menjadikan dia bisa berenang. Akhirnya Kalajengking tenggelam dan mati. **

HIKMAH:
Berbuat jahat kepada makhluk lain sama dengan berbuat jahat kepada diri sendiri. Suatu waktu kelak, perbuatan jahat itu akan menghasilkan keburukan.

Penulis Yosep Rustandi, ilustrasi: solopos.com


Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Kalajengking Menyeberang Sungai"

Posting Komentar