Siapa Felipa??



Jaman dahulu, di Spanyol, ada seorang raja. Hobinya berteka-teki. Setiap hari raja memberikan pertanyaan kepada siapa saja yang ditemuinya. Baik itu pelayan, menteri, penjaga istana, juru masak, penjaga kebun, pernah diberi pertanyaan.

“Pelayan, coba jawab ini teka-teki,” kata raja suatu hari. Pelayan yang sedang membersihkan lantai dan karpet itu terkejut. Cepat dia menunduk dan membungkuk.
“Ada lima bersaudara. Saat yang seorang bekerja, yang empat saudara lagi malah menari. Apa jawabannya?” tanya raja.
“Wah, saya tidak tahu Paduka.
Raja pun tertawa. Begitulah, setiap hari raja selalu berteka-teki. Suatu hari saat sedang mengganti baju, raja terkejut karena dari bajunya ada kutu meloncat. Raja marah.
“Pengawal, panggil tukang cuci baju istana!” bentak raja. Tapi sebelum tukang cuci baju datang, raja tersenyum. Dia mempunyai ide dengan kutu yang ditemukannya. Tukang cuci baju itu bernapas lega karena tidak jadi dimarahi.
Raja lalu memerintahkan membuat sebuah kandang. Kandang yang besar. Kandang yang bisa masuk seekor sapi. Lalu kutu itu dimasukkan ke kandang. Kutu itu diberinya nama Felipa. Makanan-makanan enak diberikannya. Beberapa hari saja kutu itu tampak membesar. Seminggu sudah sebesar jangkrik. Sebulan sebesar kodok. Dua bulan sebesar kelinci. Setahun sebesar kambing.
Kutu itu lalu disembelih. Kulitnya diambil, dibuat sebuah rebana. Di pinggir rebana itu dipasang kaleng biar berbunyi gemerincing. “Ini akan menjadi teka-teki tersusah,” gumam raja sambil tersenyum.
Belita adalah puteri raja yang cantik jelita. Hobinya adalah menari. Belita ini yang diajak ayahnya berteka-teki. Siapa yang bisa menjawab pertanyaan dengan tepat, maka akan dikawinkan dengan Belita yang cantik.
Di hadapan para raja dan bangsawan sahabat, Belita menari gemulai. Menari sambil menyanyi. Rebana di tangannya mengiringi suaranya yang indah.

Belita – Felipa sedang menari
Siapapun orang bijak
Cobalah tebak
Siapa Felipa?
Jawaban tepat akan menikah dengan Belita

Maksud pertanyaan itu adalah, siapakah Felipa yang kulitnya dipakai rebana itu? Raja-raja semuanya ikut menebak. Juga para bangsawan satu per satu menjawab. Tapi tidak ada jawaban yang tepat. Raja tertawa mendengar jawaban-jawaban yang salah.
Setiap hari ribuan orang dari berbagai negara ikut menebak. Tapi berhari-hari, berbulan-bulan, bertahun-tahun, tidak ada jawaban yang tepat. Puteri Belita sendiri menyesal karena sudah ingin menikah.
“Puteri, jangan bersedih,” kata raja. “Sudah tanggung kita berteka-teki. Biar tidak semua orang mencoba, kita tambah taruhannya. Siapa yang menebak salah, maka hukum gantung taruhannya.”
Tapi meski taruhannya ditambah, masih banyak orang yang datang. Suatu hari datanglah seorang penggembala kambing dari tepi hutan Kastilia. Pakaiannya kotor dan bau karena perjalanan jauh. Dia datang bersama tiga temannya. Temannya itu adalah semut hitam, kumbang dan tikus kecil.
“Anak muda, kamu itu kotor, bau dan menjijikkan,” kata raja. “Tapi lebih baik hidup miskin seperti itu daripada mati di tiang gantungan.”
“Saya hanya ingin mencoba dan membuktika janji raja,” kata penggembali kambing yang baik hati itu.
“Kalau begitu, coba tebak secepatnya jawabannya!” kata raja marah.
Belita lalu menari dan bernyanyi. Penggembala itu diberi kesempatan memegang rebana dan melihat-lihat kulitnya.
“Saya tahu berbagai jenis kulit. Ini bukan kulit yang biasa dipakai rebana,” bisik semut di saku baju penggemba itu. “Ini adalah kulit kutu.”
Ketika jawabannya disebutkan, raja terpana. Dia tidak menyangka penggembala itu menjawab dengan benar. Puteri Belita apalagi. Dia menjerit dan menangis. Dia tidak mau menikah dengan penggembala yang kotor itu.
“Penggembala yang beruntung, jawabanmu betul,” kata raja. “Tapi puteri Belita tidak mau menikah denganmu. Sebutkanlah apa kainginanmu yang lain. Saya akan memenuhinya.”
Kumbang lalu berbisik di telinga si penggembala. “Saya ingin dibuatkan sebuah pedati yang gerobaknya setinggi manusia,” katanya. Waktu itu juga raja memenuhinya.
“Dan dari saya, kamu ingin apa?” tanya puteri Belita.   
Tikus kecil lalu membisiki si penggembala. “Saya punya kantong kecil. Tolong penuhi kantong ini dengan keping mas. Tapi masukkan nanti setelah saya naik di atas pedati.”
Raja dan puteri Belita tersenyum. Ah, hadiah yang tidak seberapa, pikir mereka. Permintaan itu pun langsung dipenuhi. Tapi ternyata keping mas di gudang kerajaan terkuras habis. Karena kantong kecil itu ujungnya dibolongi oleh tikus. Setiap dimasukkan ke kantong, koin mas itu jatuh ke gerobak pedati. Penuh gerobak, koin mas berceceran sepanjang jalan. Orang-orang miskin berebut memungutinya.
Seminggu sejak itu, dikabarkan tukang masak istana tidak bisa belanja. Para pegawainya juga tidak bisa digaji. Kekayaan raja habis. Lalu raja dan puteri yang ingkar janji itu ditinggalkan oleh para pegawainya.    ***

Cerita Rakyat dari Spanyol, Penulis : Yus R. Ismail, foto: gambar.pro
Hikmah: Mempermainkan orang lain, apalagi hanya sekedar untuk kesenangan, seringkali malah hanya akan merugikan diri sendiri.


Subscribe to receive free email updates:

2 Responses to "Siapa Felipa??"