Burung Gagak dan Ular Sanca



Jaman dahulu, bulu burung gagak berwarna putih. Banyak binatang yang menyukai melihatnya. Karena bulu putih terlihat bersih dan indah. Burung gagak sangat suka bila ada yang memuji. Dia sering bersenandung bila ada yang memujinya. 

Sayangnya, meski bulunya putih bersih, kelakuan burung gagak tidak seperti bulunya. Burung gagak suka mencuri, merebut milik orang lain dan sombong. Sekali waktu burung gagak mencuri ikan ular sanca. Waktu itu ular sanca sedang mencari makanan. Dari pagi dia turun ke sungai. Dia mengangkut batu dan tanah lempung untuk membendung anak sungai. Setelah beres dia membentangkan diri di atas air. Mulutnya menggigit pohon kiara, buntutnya membelit bambu aur. Lalu badannya bergerak-gerak, mengayun, mengeluarkan air dari anak sungai itu.

Tentu saja itu bukan pekerjaan yang ringan. Keringat membasahi sekujur tubuh ular sanca. Perutnya terus berkerubuk menahan lapar. Ketika airnya surut, terlihatlah ikan-ikan, besar dan kecil. Ular sanca gembira melihatnya. Waktu itulah burung gagak datang. Tanpa basa basi dia mematuki ikan-ikan besar. Setelah tinggal  yang kecilnya, dia terbang, hinggap di dahan pohon tidak jauh dari sungai itu. Burung gagak tersenyum seperti yang menertawakan.

Ular sanca marah bukan main. Dia menatap burung gagak yang sedang tersenyum. “Kamu tidak tahu malu, gagak! Tidak minta, tidak bicara, hasil pekerjaan binatang lain dicuri! Ayo turun! Kita berkelahi!” kata ular sanca menantang.

Burung gagak malah tersenyum. Sudah biasa baginya diumpat dan ditantang seperti itu. Dibiarkannya ular sanca terus mencaci dan memaki. Tentu saja ular sanca semakin marah. Akhirnya dia berkata, “Dengarkan, hey… burung gagak! Saya tidak akan berhenti mengejar sebelum menangkap kamu! Saya kejar kamu ke mana pun, sampai ke ujung dunia sekalipun!”

Ular sanca termasuk pendendam. Sampai kapan pun dia akan ingat kepada binatang yang menjahilinya. Sejak itu ular sanca selalu mengejar burung gagak. Awalnya burung gagak menganggap entang. Ancaman seperti itu sudah biasa. Tapi tidak kali ini. Burung gagak terkejut ketika bermalam di sebuah pohon tinggi dan besar. Pikirnya, tidak mungkin ular sanca menemukannya. Kalaupun tahu, pasti tidak akan bisa naik ke pohon yang besar dan tinggi seperti itu. Tapi perkiraan burung gagak salah. Malam itu hampir saja jiwanya melayang. Untungnya pohon kering yang dilewati ular sanca patah. Begitu tahu ular sanca sudah dekat dengannya, burung gagak terkejut. Jantungnya seperti berhenti berdetak. 

Berbulan-bulan ular sanca mengejar-ngejar burung gagak. Tentu saja burung gagak merasa tidak nyaman. Sedang tidur di mana pun, dia akan cepat terkejut mendengar bunyi di sekitarnya, sekalipun bunyi itu disebabkan oleh selembar daun yang jatuh. Dia mulai takut oleh ancaman ular sanca.

Sekali waktu burung gagak kabur ke perkampungan manusia. Awalnya burung gagak merasa aman. Dari pagi sampai siang dia tidak melihat pertanda ular sanca mengejarnya. Tapi sorenya, dari atap rumah yang paling tinggi, dia melihat di kejauhan ular sanca sedang berbincang dengan kucing. Pasti kucing sedang memberi kabar keberadaan dirinya di perkampungan manusia.

Sepertinya tidak ada lagi tempat yang aman. Burung gagak baru menyesali perbuatannya. Dia berpikir bagaimana caranya agar ular sanca tidak mengejar-ngejar lagi. Kebetulan di halaman belakang sebuah rumah burung gagak melihat drum-drum berisi air celupan kain. Rupanya rumah itu tempat pembuatan kain. Tanpa banyak berpikir burung gagak terbang, lalu mandi di sebuah drum berisi air celupan hitam. Berkali-kali dia menyelam sehingga seluruh tubuhnya, dari kaki sampai kepala, semuanya hitam.

Badan sudah berbeda. Bagaimana caranya mengelabui suara? Karena pasti ular sanca bertanya kepadanya. Waktu itu burung gagak mendengar yang punya rumah sedang berbincang di dalam rumah. Rupanya di rumah itu sedang ada tamu dari Betawi (Jakarta). Burung gagak mendengar orang Betawi itu berbicara. Pikirnya, suaranya akan meniru orang Betawi saja.

Menjelang malam ular sanca sampai ke perkampungan manusia. Dia menyelidiki seluruh pohon dan atap rumah. Ketika dilihatnya seekor burung berwarna hitam, dia menghampirinya.

“Hey… burung hitam, apakah kamu melihat burung gagak?” tanya ular sanca.

Burung gagak terkejut. Cepat-cepat dia mengingat perkataan orang Betawi yang akan ditirunya. Tapi hanya satu kata yang diingatnya, yaitu “Gaaakk… gaaakk….”

Ular sanca pergi lagi mendengar jawaban seperti itu. Pikirnya, burung gagak pasti sudah kabur lagi.

Sejak itu burung gagak tidak suka bersenandung lagi. Agar samarannya tidak diketahui oleh siapa pun, setiap ada yang bertanya dia selalu menjawab, “Gaaakk… gaaakk…!” @@@

SELESAI

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Burung Gagak dan Ular Sanca"

Posting Komentar