KISAH DUA KATAK
Kampung Katak berada di pinggir sebuah kolam. Tapi
menjelang musim kemarau tahun ini, tersebar kabar bahwa kolam itu akan kering.
Di mana-mana katak membicarakan kemungkinan untuk pindah tempat tinggal.
Migrasi disebutnya.
“Saya sih sebenarnya lebih suka saat ini juga kita
migrasi,” kata seekor katak. “Mumpung kemarau baru mulai. Perjalanannya tidak
akan terlalu melelahkan.”
“Saya juga setuju seperti itu,” balas yang lain. “Saya
malah sudah persiapan sejak kemarin. Mengepak apa yang mesti dibawa, membereskan
apa yang mesti ditinggalkan.”
Pokoknya, masyarakat katak tinggal menunggu perintah
pemimpinnya. Mereka percaya kepada pengumuman-pengumuman para ilmuwan. Menurut para ilmuwan katak,
kemarau tahun ini akan lebih lama. Artinya, kolam ada kemungkinan mengering.
Sekarang para ilmuwan katak sedang mempelajari, ke arah mana mesti migrasi.
Tapi ada dua ekor katak yang tidak begitu perduli
dengan kabar itu. Kedua katak itu beranggapan, buat apa pindah tempat tinggal
jauh-jauh kalau setelah kemarau selesai harus pulang lagi.
“Di sini juga banyak tempat bersembunyi dari sengatan
matahari,” kata katak yang satu. “Buat apa kita mesti pergi jauh-jauh. Apalagi
nanti harus kembali lagi.”
“Habis energi kita kalau menurut begitu saja,” kata
yang satunya lagi. “Dipikir-pikir, katak-katak ilmuwan itu sok tahu. Beberapa
tahun yang lalu saat kolam kekeringan, sumur tempat kita bersembunyi tidak
mengering.”
Ya, sumur di atas Perkampungan Katak itulah yang
menjadi alasan kedua katak itu. Mereka memperlihatkan sumur itu kepada
katak-katak yang mengajaknya bersiap-siap untuk bermigrasi.
“Buat apa pergi jauh-jauh, melelahkan, kalau setelah
kemarau selesai mesti kembali lagi ke sini,” kata katak yang satu. “Tunggu saja
di dalam sumur. Selalu berair, dingin, dan sejuk.”
“Ya, kita satu kampung sama-sama tahu sumur itu. Tapi
nanti sumur itu akan kering juga,” balas yang mengajak migrasi.
“Dan kalau kekeringan di dalam sumur itu, bisa
berbahaya. Kita tidak bisa naik.” Katak yang lain menerangkan. “Dan akhirnya
mati.”
Tapi kedua katak itu tetap yakin, bersembunyi di dalam
sumur bisa aman. Kemarau tidak akan lama seperti yang dikabarkan para ilmuwan
katak itu.
Hari yang ditentukan oleh pemimpin katak pun tiba.
Masyarakat di Kampung Katak semuanya migrasi. Mereka berangkat bersama menjelang
senja. Kedua katak yang merasa diri lebih pintar itu, mentertawakan teman-teman
dan tetangga-tetangganya.
“Kalau menghabiskan waktu berhari-hari, tenaga dan
pikiran, untuk pindah ke suatu tempat, dan nanti akan kembali lagi, apakah itu
pintar?” tanya katak yang satu.
Katak yang satunya lagi tertawa. “Padahal lebih enak
seperti kita. Tinggal nyemplung ke sumur, dan nanti keluar lagi,” komentar yang
satunya lagi.
Lalu kedua katak itu masuk ke dalam sumur. Selama
berhari-hari mereka memang bisa menikmati air di dalam sumur. Karena air memang
masih penuh. Tapi setiap hari air semakin turun. Dan akhirnya kering.
Kedua katak itu tentu tidak bisa naik ke atas sumur.
Mereka lalu bersembunyi di lumpur sumur. Tapi setiap hari lumpur itu pun
menjadi kering. Kedua katak itu pun mulai kebingungan. Mereka tidak bisa naik.
Sementara udara di dalam sumur mulai panas. Dan akhirnya kedua katak itu pun
mati.
Ketika masyarakat Kampung Katak pulang dari
migrasinya, kedua katak di dalam sumur itu sudah menjadi bangkai. @@@
SELESAI
Penulis: Yosep Rustandi
Ilustrasi: Buku Dongeng Mendidik dari Dunia Binatang
0 Response to "KISAH DUA KATAK"
Posting Komentar