Sedekah yang Ikhlas
Dahulu Karim dikenal sebagai
orang yang suka bermaksiat. Tapi kemudian insaf. Sekarang malam-malamnya selalu
dihabiskan di rumahnya. Dia beribadah, bermunajat, memohon ridha Allah swt.
Banyak orang yang tersenyum
bila melihat Karim, tersenyum sambil mengejek. Ada juga yang mencibir
melecehkan. Tapi Karim tidak pernah menanggapinya. Siang hari dia sibuk
berdagang, dan malam hari dihabiskannya untuk beribadah.
Suatu malam, setelah sholat
dan berzikir, Karim merasa hatinya tergerak untuk bersodakoh. Dia pun lalu
mengambil uang seratus dirham. Malam itu ia keluar rumah, berjalan berkeliling
mencari rumah yang sekiranya hatinya merasa sreg untuk disedekahi. Sebuah rumah
sederhana akhirnya diketuknya.
“Assalamualaikum
warahmatullahi wabarakaatuh,” kata Karim mengucapkan salam.
“Waalaikumsalam,” balas yang
di dalam rumah ragu-ragu.
Seorang lelaki berperawakan
tegap mematung di depan pintu ketika Karim menyerahkan sedekahnya.
“Saya ingin bersedakah malam
ini. Ini sudah rejeki Bapak. Terimalah. Allah swt sudah mengatur semuanya,”
kata Karim. Lelaki berkumis itu menerimanya dengan ragu-ragu.
Besoknya orang-orang ribut
memperbincangkan tentang sedekahnya Karim.
“Dasar Karim, orang alim baru.
Maksudnya ingin bersedekah, tapi sedekahnya malah ke rumah pencuri,” kata
seseorang. Teman-temannya yang mendengarkan tertawa enak sekali.
“Dia tidak bisa membedakan
pencuri dan orang miskin mungkin,” kata temannya. Lalu terdengar lagi suara
tertawa.
Tapi Karim tidak
menanggapinya. Dia merasa hatinya mengatakan harus bersedekah ke rumah itu dan
dia sudah ikhlas. Malam berikutnya Karim pun bersedekah lagi. Kali ini dia
memilih rumah di pinggiran kota. Setelah diketuk, ternyata yang membuka pintu
adalah seorang wanita. Karim pun memberikan sedekahnya sekantong uang seratus
dirham.
Besoknya orang-orang ramai
lagi membicarakan Karim.
“Dasar Karim, sedekah
malam-malam kepada seorang pelacur. Saya kira tadinya dia bukan mau
bersedekah,” kata seseorang. Teman-temannya tertawa menanggapinya.
“Karim pasti tidak bisa
membedakan antara pelacur dan wanita jompo.”
Tapi Karim tidak menanggapi
komentar-komentar seperti itu. Hanya dia tidak habis pikir, dari mana
orang-orang itu tahu apa yang dilakukannya? Karim tidak tahu ada orang yang
sengaja membuntutinya, ingin tahu apa yang dilakukannya, hanya untuk
menyebarkan gosip besok harinya.
Malam lainnya Karima merasa
ingin bersedekah lagi. Kali ini dia berkeliling mencari rumah di sekitar pasar.
Dia tahu rumah yang akan diketuk pintunya itu termasuk bagus. Tapi entah kenapa
dia ingin bersedekah kepada penghuni rumah itu. Maka Karim pun mengetuk pintu
rumah itu dan memberikan kantong berisi uang seratus dirham.
Besoknya para pedagang ramai
bergunjing.
“Karim ini aneh. Ada-ada saja
yang dilakukannya. Masa semalam bersedekah kepada orang terkaya di sekitar
pasar ini?” kata seorang pedagang.
“Orang yang baru insaf memang
suka aneh!” balas temannya.
Tapi Karim tetap tidak
menanggapinya. Dia menyibukkan diri dengan berjualan pada siang hari, bekerja
keras meraih rejeki. Malamnya dia habiskan untuk beribadah. Dan saat Karim
berzikir setelah sholat malam, dia ketiduran. Dalam tidurnya Karim bermimpi didatangi
seseorang yang memberi kabar gembira.
“Sedekahmu diterima karena
kamu ikhlas. Sedekarmu kepada pencuri membuat pencuri itu insaf, dia sekarang
berdagang dengan modal sedekahmu. Sedekahmu kepada pelacur membuat pelacur itu
insaf, dia sekarang membuat warung kecil dengan modal sedekahmu. Sedekahmu
kepada orang terkaya di sekitar pasar membuat orang kaya yang kikir itu malu,
dia sekarang menjadi orang yang rajin bersedekah.”
0 Response to "Sedekah yang Ikhlas"
Posting Komentar