ONYET MAKAN KELAPA
Onyet merasa menjadi anak monyet yang paling malang. Ketika
teman-temannya bermain, Onyet harus menemani bapaknya menjelajah hutan. Mereka
meloncat dari dahan ke dahan. Setelah agak siang mereka sampai ke sebuah
pantai. Setelah istirahat sejenak, bapaknya mengajak Onyet mengambil buah
kelapa. Mereka memanjat dengan cekatan, dalam sekejap puluhan buah kelapa
berjatuhan.
“Di dalam buah kelapa ini ada air yang rasanya manis menyegarkan. Daging
kelapanya enak luar bisa,” kata bapaknya. “Tapi bisakah kamu mengambil air dan
daging kelapanya?”
Onyet mencibir. “Gampang,” katanya ringan.
“Silakan buka. Kita harus makan siang dengan kelapa hasil mengupas
masing-masing.”
Onyet lalu mengambil sebuah kelapa. Lalu digigit sabutnya yang tebal dan
keras itu. Tapi meski seluruh tenaganya dikerahkan, kelapa itu tidak terbuka
sedikit pun. Giginya malah terasa ngilu. Sementara bapaknya yang membelakangi
Onyet mengupas kelapanya dengan tenang.
Beberapa jam kemudian, Onyet masih mencoba mengupas sabut kelapa dengan
giginya. Tapi kelapa yang dipegangnya masih berbentuk kelapa seperti semula.
Sementara bapaknya mulai meminum air dari kelapa yang sudah berlubang. Kenyang
dengan airnya, kelapa yang sabutnya sudah hilang itu dilemparkannya ke sebuah
batu. Kelapa itu pun pecah. Daging kelapanya yang putih membuat Onyet
meneteskan air liur. Tapi bapaknya hanya makan sendiri buahnya.
“Bagaimana, bisa tidak mengupas buah kelapa?” tanya bapaknya.
Onyet menggeleng. “Saya menyerah,” kata Onyet.
“Kesalahan terbesar kamu karena terlalu ngotot dengan kemampuanmu,” kata
bapaknya. “Sudah tahu kelapa itu buah yang keras, dilindungi sabut yang tebal,
kamu masih memaksakan tenaga dan gigimu yang sejak awal tidak mampu mengupas.
Mestinya kamu cepat berpikir untuk melepaskan sabut dari buahnya, selembar-demi
selembar.”
“Lama kalau begitu, Pak,” bantah Onyet.
“Ya begitulah, perlu kesabaran, kerja keras dan bisa jadi waktunya lama.
Itu adalah hakikat ilmu pengetahuan.” Bapaknya memperlihatkan buah kelapa yang
dikupasnya. “Tapi hasilnya, sebuah kelapa yang terbuka, enak dan menyegarkan.”
“Itu yang dilakukan Bapak?” tanya Onyet.
“Ya, itu yang dilakukan Bapak,” kata bapaknya. “Pelajaran lainnya, jangan
cepat tergiur oleh makanan enak yang didapatkan dengan mudah. Karena pasti ada apa-apanya di belakang itu.”
Setelah memakan daging kelapa sisa bapaknya, Onyet dan bapaknya pulang.
Setahun kemudian, ketika sedang bermain bersama anak monyet lainnya, Onyet
melihat sebuah kurungan di kejauhan.
“Di kurungan besar itu sepertinya ada monyetnya. Dari tadi saya mendengar
teriakannya,” kata salah satu
anak monyet. “Ayo, kita melihat ke sana.”
Benar saja, di dalam kurungan yang terbuka itu ada seekor anak monyet.
Anak monyet itu makan pisang yang besar dan matang. Lalu berteriak-teriak
sambil menggelayut kepada papan besi. Diambilnya lagi sebuah apel, lalu
dimakannya.
“Pantas saja monyet itu gemuk, karena makanannya enak-enak,” kata seekor
anak monyet. “Eh, lihat di kurungan sebelahnya lagi yang kosong, ternyata
banyak buah-buahan. Ada pisang, pepaya, apel, mangga, dan entah buah apa lagi. Ayo,
kita ambil.”
“Jangan, rejeki yang enak-enak dan gampang didapatkannya pasti ada
apa-apanya,” kata Onyet. Tapi lima anak monyet temannya tidak mengindahkan
nasihatnya. Mereka berebutan mendapatkan buah-buahan enak itu. Baru saja mereka
masuk ke dalam kurungan, pintu yang terbuka itu menutup kembali.
Tentu saja lima anak monyet itu terkejut. Mereka mencoba membuka pintu
tapi tidak bisa. Akhirnya mereka menangis
menunggu nasibnya. Sementara Onyet memandangnya sedih. Dia teringat bapaknya.
Dia harus bersyukur dan berterima kasih karena sudah diajarkan ilmu yang
berharga. @@@
SELESAI
Penulis: Yosep Rustandi
Ilustrasi: buku Kisah Sahabat Rimba
HIKMAH:
Kebahagiaan lebih banyak didapatkan setelah bekerja keras dan menyerap ilmu
pengetahuan
Waspadalah terhadap iming-iming dan
rejeki yang mudah didpatkannya. Karena bisa jadi dibalik kemudahan itu ada
kesusahan yang besar.
0 Response to "ONYET MAKAN KELAPA"
Posting Komentar