Asal-Usul Nama Irian

 

 


Jaman dahulu, di kampung Sopen, Biak Barat, ada seorang anak bernama Mananamakrdi. Sekujur tubuh anak itu penuh dengan kudis. Karenanya Mananamakrdi tidak disukai saudaranya dan orang-orang sekampung. Suatu hari Mananamakrdi diusir. Dia sedih. Dengan bercucuran airmata Mananamakrdi mengarungi lautan luas dengan perahu. Sampailah dia ke Pulau Miokbudi di Biak Timur.

Mananamakrdi mencari sagu dan menyadap air nira kelapa untuk makan. Dia sadar, hidupnya harus lebih mandiri. Tidak ada lagi orang yang bisa dimintai tolong. Setiap hari dia bekerja dan berdo’a. Suatu hari saat mau mengambil nira kelapa, ternyata ruas bambunya sudah kosong. Mananamakrdi kesal. Siapa yang mencuri nira kelapanya?

“Sepertinya ada makhluk lain di sini yang mengambir air nira kelapaku,” gumam Mananamakrdi. Malamnya dia menunggui air nira yang disadapnya. Menjelang pagi ada makhluk bercahaya terang turun dari langit. Makhluk itu meminum air nira dari ruas bambu. Saat itulah Mananamakrdi menangkapnya.

Ternyata makhluk itu adalah Bintang Pagi Menjelang Siang bernama Sampan.

“Lepaskan aku. Aku hanya mencicipi air nira kelapamu,” kata Sampan.

“Nanti aku lepaskan. Tapi ada syaratnya.”

“Apa syaratnya?”

“Sembuhkan penyakit kudisku. Dan beri aku istri yang cantik.

“Baiklah kalau begitu. Asal laksanakan perintahku.”

Sampan pun dilepaskan. Seperti yang diperintahkan Sampan, Mananamakrdi memetik buah bitanggur di tepi pantai. Saat ada seorang gadis mandi di pantai, Mananamakrdi melemparkan buah bitanggur. Insoraki, putri kepala suku dari Kampung Meokbundi, yang sedang mandi itu kesal ketika ada buah bitanggur terbawa ombak mengenai tubuhnya. Buah bitanggur itu dilemparkannya ke tengah laut, tapi selalu kembali lagi dan mengenai tubuhnya.

Sepulangnya dari pantai, Insoraki hamil. Saat orang tuanya bertanya, Insoraki menceritakan kejadian aneh di pantai itu. Ayahnya sebenarnya tidak percaya kepada Insoraki. Tapi dia sangat sayang kepada cucunya yang kemudian lahir. Saat upacara pemberian nama seluruh anggota suku hadir. Mananamakrdi pun ada di situ. Anak itu diberi nama Konori. Saat itulah tiba-tiba Konori menghampiri Mamanamakrdi dan berteriak, “Ayyaahhh...!”.

 Akhirnya Insoraki dan Mananamakrdi dinikahkan. Tapi semua penduduk Kampung Meokbundi tidak menyukainya karena Mananamakrdi kudisan. Mereka pun pergi dengan membawa semua ternak, meninggalkan Mananamakrdi, Insoraki dan Konori. Mereka tinggal bertiga dan kesunyian.

Mananamakrdi kemudian mengumpulkan kayu-kayu kering. Insoraki dan Konori memandangnya heran. Saat api menyala-nyala di kayu bakar itu, Mananamakrdi meloncat ke dalam api. Istri dan anaknya terkejut.

“Jangan takut istri dan anakku. Ini adalah perintah Sampan,” kata suara dari dalam api. Mananamakrdi kemudian keluar dari api. Seluruh kudisnya sembuh. Mananamakrdi menjadi bersih dan tampan. Dia kemudian menamai dirinya Masren Koreri yang artinya pria yang suci.

Mereka bertiga kemudian bersampan sampai ke Mandori, dekat Manokwari. Di tempat itu mereka melihat kabut menyelimuti alam. Saat pagi, Konori bermain di pantai, merika melihat matahari terbit. Kabut tersibak. Tampaklah pemandangan indah. Air laut membiru, pasirnya bersih, bukit-bukit yang menghijau, dan burung cendrawasih yang anggun. Matahari terus naik membuat tempat itu menjadi panas.

“Ayah... Irian... Irian...,” kata Konori. Irian dalam bahasa Biak artinya panas.

Jangan begitu, kata Mananamakrdi. Ini adalah kampung halamanmu.

“Bukan panas gersang,” kata Konori. “Tapi matahari panas menyibak kabut. Dan pemandangan di sini begitu indah.

Begitu cerita rakyat Asal Mula Nama Irian itu. Sekarang Irian lebih dikenal dengan nama Papua. @@@


Pendongeng: Yosep Rustandi

Foto ilustrasi: youtube.com, akun: Romanda Sagita Putra

Dongeng ini boleh dicopas dan dipergunakan untuk kepentingan nonkomersil. Tapi tulis nama penulis dan sumbernya ya.

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Asal-Usul Nama Irian"

Posting Komentar