Ingin Diundang
Tetangga
terdekat Si Kabayan, Ki Silah namanya, akan mengadakan syukuran sunatan
anaknya. Maklum orang kaya, bandar kerbau dan sapi di pasar Dudidang,
syukurannya besar-besaran. Kesenian sisingaan didatangkan dari Subang dan kuda
renggong dari Sumedang. Dua ekor sapi, lima
ekor kambing, dan tidak terhitung ayam dan ikan, disembelih untuk dimasak.
Undangannya,
tidak saja warga sekampung Dudidang, tapi juga kampung tetangga, kampung
Dudading, dan Juragan Camat beserta rombongannya. Tapi Si Kabayan yang tetangga
paling dekat, yang gubuknya hampir menempel dengan rumah gedong Ki Silah, tidak diundang. Tentu saja Si Kabayan sakit hati.
Mentang-mentang miskin, tidak terhormat, tidak bekerja jadi pagawai, pikir Si Kabayan.
Pada
hari syukuran itu para undangan datang dari mana-mana. Tengah rumah dan ruangan
depan penuh. Ketika undangan sedang menikmati hidangan dan mendengarkan Juragan
Camat memberi sambutan, di halaman Si Kabayan berlari-lari dengan bertelanjang
dada, meloncat-loncat, lalu mengukur panjang tembok dengan tangannya. Para tamu mulai berbisik-bisik, sebagian menghindar
karena menganggap Si Kabayan gila. Akhirnya para tamu ribut melihat Si Kabayan.
Ki
Silah sebagai tuan rumah tentu saja marah ketika tahu gangguan syukurannya
disebabkan oleh Si Kabayan.
“Kamu
ini apa-apaan, Kabayan! Tidak pakai baju, berlari-lari dan meloncat-loncat
seperti anak kecil!”
“Ah,
kalau saya orang dewasa juga, pasti diundang dengan Si Iteung.”
Ki
Silah langsung memerah mukanya. Karena orang-orang jadi tahu kalau Si Kabayan,
tetangga terdekatnya, tidak diundang.
“Kalau
begitu, sekarang pulang, pakai baju, dan ajak Si Iteung ke sini. Kamu
diundang.”
Si
Kabayan pun pulang dengan gembira. @@@
Penulis: Yus R. Ismail, ilustrasi: buku Si Kabayan Return
0 Response to "Ingin Diundang"
Posting Komentar